Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang Allah SWT menghendaki kebaikan (Surga) baginya, niscaya ia dibuat pandai dalam ilmu agama." (HR. Al-Bukhari dari Muawiyah)

google search

Jumat, Desember 18, 2009

Informasi Geologi dalam Al-Quran

XI. GEOLOGICAL INFORMATION IN THE QUR’AAN
Bab XI


Catatan penerjemah:
Dokumen asli [dalam Bahasa Inggris] dicetak dengan huruf biasa.

Dokumen terjemahan dicetak dengan huruf seperti ini.

How do you present proof of this religion to those who do not speak the language of the Arabs or know anything about the inimitable eloquence of the Qur’an? Is it the only way for them to learn this language of the Arabs and to master its sciences? The answer, of course, is ‘No’, Allah, may He be Glorified and Exalted, has shown mercy to them and to all other generations by sending the appropriate evidence to all mankind, irrespective of their different races, languages, and times.

Bagaimana Anda menunjukkan bukti tentang agama ini kepada mereka yang tidak mengerti tentang Bahasa Arab atau pun tidak mengetahui sesuatu pun tentang ketidak mungkinan ditirunya Al-Quran? Apakah hal ini satu-satunya cara bagi mereka untuk mempelajari bahasa Arab dan menguasai ilmunya? Jawabannya, tentu saja, adalah 'TIDAK', Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung, telah menunjukkan kemurahannya kepada mereka dan kepada generasi-generasi yang lain dengan mengirimkan bukti-bukti yang sesuai untuk semua manusia, apa pun ras mereka, bahasa mereka atau kapan pun mereka berada.

We have Professor Palmer who is one of the foremost geologists in the United States of America. He headed a committee which organized the Centennial Anniversary of the American Geological Society. When we met him we presented the various scientific miracles in the Qur’an and Sunnah, he was greatly astonished. I remember a pleasant anecdote when we informed him that the Qur’an mentions the lowest part of the earth and states that it is near Jerusalem, where a battle took place between the Persians and the Greeks.

Kami hadirkan Profesor Palmer, seorang ahli ilmu bumi terkemuka di Amerika. Dia mengepalai sebuah komite yang mengorganisasikan Ulang Tahun Masyarakat Geologi Amerika. Ketika kami bertemu dengan dia, kami menunjukkan berbagai macam keajaiban sains di dalam Al-Quran dan Sunnah, dia sangat tercengang. Saya teringat sebuah anekdot ketika kami menginformasikan kepadanya bahwa Al-Quran menyebutkan bagian paling bawah dari bumi dan menyatakan bahwa bagian tersebut dekat dengan Jerusalem, di mana sebuah pertempuan terjadi antara Persia dan Yunani.

Allah, may He be Exalted and Glorified, said in the Qur’an:

Alif Laam Meem, the Romans have been defeated, in the lowest part of the land (adnal-ardh), but after defeat they will soon be victorious. (Qur’an 30:1-3).

Allah Yang Maha Agung lagi Maha Mulia berfirman dalam Al-Quran:

Alif Laam Miim, Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang paling rendah (adnal-ardh) dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang (Quran 30:1-3)

The term adna means both nearer and lowest. The commentators of the Qur’an, May Allah be pleased with all of them, were of the opinion that adnal-ardh meant the nearest land to the Arabian Peninsula. However, the second meaning is also there. In this way, the Glorious Qur’an gives one word several meanings, as described by the Prophet Muhammad (sallallahu ‘alaihi wa sallam) when he said:

I have been given the most comprehensive words. [Al-Bukhaari and Muslim]

Istilah adna bisa berarti lebih dekat dan paling bawah. Para penafsir Al-Quran, semoga Allah ridha kepada mereka semua, berpendapat bahwa adnal-ardh berarti tanah paling dekat ke Semenanjung Arab. Akan tetapi, arti kedua juga tetap bisa diterapkan. Dengan cara ini, Al-Quran yang Suci memberikan satu kata dengan beberapa arti, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw ketika dia mengatakan:

Aku telah dikaruniai dengan kata-kata yang paling mudah difahami. [Al-Bukhari dan Muslim]

When we investigated the lowest part of the earth, we found that it was exactly the same spot that witnessed the battle in which the Romans were defeated. When we informed Professor Palmer about this, he contested saying that there were many other areas which are lower than the one referred to in the Qur’anic verse. He gave examples and names of other areas in Europe and in the United States. We assured him that our information was verified and correct. He had with him a topographical globe that showed elevations and depressions. He said that it would be easy with that globe to ascertain which was the lowest spot on earth. He turned the globe with his hands and focused his sign on the area near Jerusalem. To his astonishment, there was a small arrow sticking out towards that area with words: 'the lowest part on the face of the earth.'

Ketika kita meneliti bagian paling bawah dari bumi, kita menemukan bahwasanya bagian tersebut secara tepat berada di titik di mana Roma dikalahkan. Ketika kami menginformasikan hal ini kepada Profesor Palmer, dia mempertentangkan dengan mengatakan bahwa ada beberapa daerah lain yang lebih rendah dari pada yang disebutkan dalam Al-Quran. Dia memberikan contoh-contoh dan nama-nama dari beberapa daerah di Eropa dan Amerika. Kami meyakinkan dia bahwa informasi kami sahih dan benar. Dia memiliki globe secara topografi yang menunjukkan pengangkatan dan penurunan. Dia mengatakan bahwa akan jadi mudah untuk membuktikan mana bagian paling bawah di bumi dengan globe tersebut. Dia memutar globe tersebut dengan tangannya dan memfokuskan telunjuknya pada daerah dekat Jerusalem. Mengherankan, di sana ada tanda panah kecil yang mengarah pada daerah dengan kalimat: 'bagian terendah di muka bumi.'

Professor Palmer was quick to concede that our information was correct. He proceeded to speak, as you now see him with the globe, saying that this was actually the lowest part of the earth.

Profesor Palmer segera mengakui bahwa informasi kami adalah benar adanya. Dia kemudian berkata, sebagaimana Anda ketahui sekarang dengan globe ini, yang mengatakan bahwa ini sebenarnya adalah bagian paling bawah dari bumi.

Professor Palmer: It took place in the area of the Dead Sea which is up here and interestingly enough the labeling on the globe says 'the world’s lowest point.' So it certainly is supported by the interpretation of that critical word.

Profesor Palmer: Tempat dari daerah tersebut adalah Laut Mati, yaitu di sini, dan menariknya, label di globe ini mengatakan 'titik terendah bumi'. Maka sesungguhnya hal ini didukung oleh penafsiran dari kata yang dimaksud.

Professor Palmer was even more astonished when he found that the Qur’an talks about the past and describes how creation first began; how the earth and heavens were created; how the water gushed forth from the depth of the earth; how the mountains were anchored on land; how vegetation first began; how is earth today, describing the mountains, describes its phenomena, describes the changes on the surface of the earth as witnessed in the Arabian Peninsula. It even describes the future of the land of Arabs and the future of the whole earth. At this, Professor Palmer acknowledged that the Qur’an is such a wondrous Book which describes the past, the present, and the future.

Profesor Palmer bahkan lebih tercengang ketika dia menemukan bahwa Al-Quran berbicara tentang masa lalu dan menjelaskan bagaimana awal mula penciptaan dimulai; bagaimana bumi dan langit-langit diciptakan; bagaimana air dipancarkan keluar dai kedalaman bumi; bagaimana pegunungan ditancapkan di atas tanah; bagaimana tanam-tanaman pertama kali ditumbuhkan; bagaimana bumi saat ini, menjelaskan pegunungan, menjelaskan fenomena-fenomenanya, menjelaskan perubahan-perubahan pada permukaan bumi sebagaimana disaksikan di Semenanjung Arab. Ianya bahkan menjelaskan masa depan dari pada tanah Arab dan masa depan dari seluruh bumi. Di sini, Profesor Palmer mengakui bahwa Al-Quran adalah buku yang sangat menakjubkan yang menjelaskan masa lalu, masa sekarang dan masa depan.

Like many other scientists, Professor Palmer was hesitant at first. But soon later he was forthcoming with his opinions. In Cairo, he presented a research paper dealing with the inimitable aspects of geological knowledge contained in the Qur’an. He said that he did not know what was the state of the art in the field of science during the days of the Prophet Muhammad. But from what we know about the scanty knowledge and means at that time, we can undoubtedly conclude that the Qur’an is a light of divine knowledge revealed to Muhammad (sallallahu ‘alaihi wa sallam). Here are the concluding remarks of Professor Palmer:

Sebagaimana para ahli sains lainnya, Profesor Palmer pada mulanya ragu-ragu. Akan tetapi segara sesudahnya dia datang dengan pendapatnya. Di Kairo, dia mempresentasikan sebuah makalah penelitian yang berkaitan dengan aspek yang tak bisa ditiru dari pengetahuan tentang ilmu bumi yang berada dalam Al-Quran. Dia mengatakan bahwa dia tidak mengetahui bagaimana keadaan sains sesungguhnya pada masa Nabi Muhammad diutus. Akan tetapi dari apa yang kita ketahui tentang sedikitnya pengetahuan dan arti pada masa itu, tidak ragu lagi bahwa kita bisa menyimpulkan bahwa Al-Quran adalah sebuah cahaya dari ilmu Tuhan yang diwahyukan kepada Muhammad saw. Inilah kesimpulan Profesor Palmer:

We need research into the history of early Middle Eastern oral traditions to know whether in fact such historical events have been reported. If there is no such record, it strengthens the belief that Allah transmitted through Muhammad bits of his knowledge that we have only discovered for ourselves in recent times. We look forward to a continuing dialogue on the topic of science in the Qur’an in the context of geology. Thank you very much.

Kita memerlukan penelitian tentang sejarah Timur Tengah pada awal tradisi penyampaian dari mulut ke mulut untuk mengetahui apakah sesungguhnya kejadian sejarah semacam itu telah dilaporkan. Jika ternyata tidak ada rekaman, maka hal ini menguatkan kepercayaan kita bahwa Allah telah mengirimkan melalui Muhammad saw sedikit dari pengetahuan-nya yang mana baru kita temukan belum lama berselang ini. Kita mencari tindak lanjut dialog pada topik sains di dalam Al-Quran dalam konteks ilmu bumi. Terima kasih banyak.

As you have seen, here is one of the giants in the field of geology in our world today, coming from the United States of America. He does not hesitate to admit and to come forth with his opinions. But he is still in need of someone to point the truth out to him. Both westerners and easterners have lived in the midst of the battle between religion and science. These battles, however, were inevitable, because all previous messages have been distorted. Thus, Allah sent the Prophet Muhammad, (sallallahu ‘alaihi wa sallam), with Islam in order to correct that which had been corrupted.

Sebagaimana Anda lihat, inilah salah satu dari raksasa di bidang ilmu bumi di dunia kita saat ini, datang dari Amerika. Dia tidak ragu-ragu untuk mengikuti dan membeberkan pendapatnya. Akan tetapi dia masih memerlukan seseorang untuk menunjukkan kebenaran kepadanya. Orang-orang barat dan ornag-orang timur keduanya telah hidup di tengah-tengah perseteruan antara agama dan sains. Perseteruan ini, bagaimana pun juga, tidak bermanfaat, karena pesan-pesan yang lalu telah didistorsikan. Oleh karena itu, Allah mengirimkan Nabi Muhammad saw dengan Islam untuk meluruskan apa-apa yang telah dirusak.

Someone may ask: ‘How will these people accept what we tell them when we are materially inferior to them and we do not follow our religion closely?’ My reply to them is that knowledge increases the awareness of one who acquires it. People of knowledge care only to look at the facts, not at the outside picture. The wealth of Islam today is precisely this knowledge and scientific advancement. Modern science can but bow its head in reverence to the book of Allah and to the Sunnah of His Prophet (sallallahu ‘alaihi wa sallam).

Seseorang mungkin akan bertanya: 'Bagaimana nantinya orang-orang ini menerima apa yang kita katakan kepada mereka ketika kita secara materi berada di luar mereka dan kita tidak mengikuti agama kita secara dekat?' Jawaban saya kepada mereka adalah bahwa pengetahuan meningkatkan kepedulian seseorang yang memperolehnya. Orang-orang berpengetahuan peduli hanya pada fakta-faktanya, tidak pada gambaran di luarnya. Kejayaan Islam saat ini justru terletak pada pengetahuan ini dan kemajuan sains. Sains modern bisa akan tetapi hanyalah akan menundukkan kepalanya kepada referensi kepada buku Allah dan kepada Sunnah Nabi-nya saw.

The primordial nature, Al-Fitrah, in which Allah created man does not attain tranquility except by means of Islam or faith. Those who do not have Imaan (faith) are in a constant state of uneasiness and confusion. Moreover, the atmosphere of freedom in the West helps Western scientists to express what they believe without any fear or timidity. We have heard them in many of these episodes confirming and recognizing the miracle of this age, the Qur’an, which will remain living until the Last Hour.

Sifat alami, Al-Fitrah, yang telah diciptakan oleh Allah atas manusia tidak mencapai ketenangan kecuali dengan jalan Islam atau iman. Mereka yang tidak memiliki iman berada dalam kondisi yang tidak mudah dan bingung. Lebih jauh lagi, atmosfer kebebasan di dunia Barat telah menolong para ahli sains Barat untuk mengekspresikan apa yang mereka percayai tanpa rasa takut. Kami telah mendengar banyak diantara mereka di dalam episode-episode ini yang menegaskan dan mengenalkan keajaiban di abad ini, Al-Quran, yang akan tetap bertahan hidup sampai Hari Akhir.