Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang Allah SWT menghendaki kebaikan (Surga) baginya, niscaya ia dibuat pandai dalam ilmu agama." (HR. Al-Bukhari dari Muawiyah)

google search

Senin, Januari 26, 2009

Permusuhan antara Umat Islam dan Bangsa Yahudi

Pertarungan kita dengan Yahudi adalah pertarungan eksistensi, bukan persengketaan perbatasan.

Musuh-musuh Islam dan para pengikutnya yang bodoh terus berupaya membentuk opini bahwa hakikat pertarungan dengan Yahudi adalah sebatas pertarungan memperebutkan wilayah, konflik perbatasan, persoalan pengungsi dan persoalan air. Dan bahwa persengketaan ini bisa berakhir dengan (diciptakannya suasana hidup) berdampingan secara damai, saling tukar pengungsi, perbaikan tingkat hidup masing-masing, penempatan wilayah tinggal mereka secara terpisah-pisah, dan mendirikan sebuah negara sekuler kecil yang lemah dibawah tekanan ujung-ujung tombak zionisme, yang semua itu (justeru) menjadi pagar-pagar pengaman bagi negara zionis.

Mereka tidak mengerti bahwa pertarungan kita dengan Yahudi adalah pertarungan lama, semenjak berdirinya negara Islam di Madinah dibawah kepemimpinan utusan Allah bagi seluruh manusia, yaitu Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Allah telah menceritakan kepada kita hakikat kedengkian dan permusuhan orang-orang Yahudi kepada Umat Islam dan Umat Tauhid (dalam firman-Nya yang artinya):

"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik..." [Al-Maidah : 82]

Perhatikan, bagaimana Allah menyebutkan permusuhan orang-orang Yahudi terlebih dahulu, baru kemudian permusuhan orang-orang musyrik, padahal kekafiran merupakan satu agama, namun tingkat permusuhan mereka terhadap umat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berbeda-beda. (Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya):

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga mengikuti agama mereka" [Al-Baqarah : 120]

Sejak tarikan nafas umat Islam pertama dalam Islam, orang-orang Yahudi sudah melancarkan permusuhannya kepada umat Islam dan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah aman dari ganguan bangsa Yahudi itu sendiri. Mereka pernah melakukan percobaan pembunuhan terhadap beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak tiga kali.

Pertama: Percobaan pembunuhan dengan menjatuhkan batu penggiling gandum di kepala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Kedua: Ketika mereka meletakkan racun dalam daging kambing yang diperuntukkan bagi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Ketiga: Ketika Labid bin A'sham al-Yahudi -la'natullah 'alaih- menyihirnya.

Lihatlah Amerika, yang selalu membekali orang-orang Yahudi dengan senjata-senjata penghancur yang dahsyat, supaya dapat digunakan untuk membunuh anak-anak, para wanita dan orang-orang tua muslim bangsa Palestina. Pada saat yang sama bangsa Amerika membikin sibuk dunia, guna menutupi penyembelihan-penyembelihan masal muslim bangsa Palestina yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi.

Perhatikan pula bangsa Inggris. Mereka juga senantiasa membekali orang-orang Yahudi dengan peluru-peluru yang mengakibatkan terbunuhnya manusia secara biadab dan menimbulkan cacat seumur hidup bagi para pemuda Palestina. Pemuda, orang tua, anak-anak maupun wanita, menjadi sasaran bantai para Yahudi dan kaki tangannya.

Lihatlah para kaki tangan Yahudi membikin sibuk umat dengan luka-luka rakyat Palestina yang muslim, di sisi lain mereka menutupi kejahatan orang-orang Yahudi dengan mengadakan pertandingan-pertandingan olah raga yang tiada guna serta acara-acara sia-sia yang dapat meracuni dan menina bobokan umat.

Belumlah kaum Muslimin menyadari bahwa pertarungan kita dengan kaum Yahudi adalah pertarungan aqidah, pertarungan budaya, pertarungan peradaban, pertarungan eksistensi dan pertarungan identitas ? Bukankah kaum Yahudi membakar masjid Al-Aqsha, bukankah mereka menggali lobang-lobang di bawahnya supaya bangunan itu runtuh ? Bukankah mereka membantai kaum Muslimin ketika tengah bersujud pada bulan Ramadhan di masjidnya nabi Ibrahim Al-Khalil 'Alaihis sallam itu ? Bukankah mereka merobek-robek perut wanita hamil, membantai anak-anak balita serta membumi hanguskan segalanya, baik yang hijau basah maupun yang kering kerontang ? Bukankah bangsa Yahudi telah menjadikan masid-masjid di Palestina sebagai toko-toko minuman keras dan tempat-tempat perjudian ? Bukankah mereka juga menjadikan sebagian masjid itu sebagai kandang-kandang ternak dan tempat pembuangan sampah? Apakah setelah itu semua, lalu dikatakan bahwa pertarungan kita melawan Yahudi sekedar pertarungan memperebutkan tanah perbatasan yang penyelesainnya adalah dengan mendirikan sebuah negari kecil Palestina dengan ibukotanya Al-Quds As-Syarief, sebuah negeri yang -menurut anggapan mereka- mampu menghimpun pemeluk tiga agama sekaligus untuk hidup berdampingan? Apakah mereka tidak memahami bahwa agama yang ada di sisi Allah hanyalah Islam? Ataukah mereka tidak memahami bahwa Ibrahim 'Alaihis sallam berlepas diri dari kemusyrikan dan paganisme kaum Yahudi dan Nashrani?
"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nashrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi Islam (menyerahkan diri kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang-orang musyrik". [Ali Imran : 67]

Sesungguhnya penyelesaian (satu-satunya) yang bangsa Yahudi sendiri sudah memahaminya adalah (penyelesaian melalui) jihad menjunjung tinggi kalimat Allah.

Orang-orang Yahudi tidak menghendaki perdamaian, yang dikehendaki adalah takluknya umat ini. Yang dikehendaki adalah ruku' dan merendahnya umat ini kepada Yahudi serta hapusnya bahasa jihad dari kaum Muslimin. Supaya mereka menjadi budak, buruh serta orang-orang upahan kaum Yahudi, sehingga dapat dipukul dengan sandal atau dihajar dengan cambuk menurut kehendaknya.

Sungguh konflik sejati antara kita dengan bangsa Yahudi tidak akan berakhir dengan berdirinya sebuah negara kecil yang tidak mengangkat syi'ar Islam dan tidak (pula) menegakkan syari'at Islam. Bagaimana mungkin konflik itu akan berkahir, sedangkan seorang Muslim dalam shalatnya setiap sehari semalam membaca sebanyak tujuh belas kali (kalimat): "Ghayril maghdhubi 'alaiyhim wa laa-adh-dhaalliin"

Artinya: "Bukan jalanya orang-orang yang dimurkai Allah (yaitu orang-orang Yahudi) dan bukan pula jalannya orang-orang sesat (orang-orang Nashrani)".

Orang-orang yang dimurkai dalam ayat di atas adalah orang-orang Yahudi. Sedangkan orang-orang sesat adalah orang-orang Nashrani, menurut kesepakatan para ahli Tafsir hingga hari kiamat.

Pertempuran dahsyat yang akan memusnahkan orang-orang Yahudi hingga orang terakhir pasti akan terjadi kelak. Yaitu pertempuran atas dasar Iman, pertempuran yang merupakan peribadatan kepada Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits (Shahih Bukhari dan Muslim), bahwa:

"Kalian akan memerangi kaum Yahudi, kalian akan memerangi mereka, sampai batu dan pohon berkata: "Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ini di belakangku ada orang Yahudi, bunuhlah ia". Kecuali pohon Gharqad, sebab pohon itu adalah pohon kaum Yahudi".

Ini merupakan janji yang benar dari seorang Nabi yang tidak pernah berkata berdasarkan hawa nafsu. Janji tersebut menegaskan hakikat permusuhan (kaum Muslimin) dengan orang Yahudi. Tidak sebagaimana opini yang dibentuk oleh media-media massa yang sesat dan menyesatkan.

[Al-Ashalah Edisi 30/Th V/15 Syawal 1421H. yang dinukil dari Majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun V hal 19-20 & 25]

Israel Gagal Total, Jubir Hamas Umumkan Semangat Kemenangan di Indonesia



Perwakilan Hamas melakukan kunjungan ke negara-negara Arab dan negara Islam untuk menjelaskan kondisi perkembangan terakhir pasca gencatan senjata sepihak yang dilakukan, dan langkah apa yang akan dilakukan kedepan oleh rakyat Palestina. Juru Bicara Hamas Dr. Sami Abu Zuhair menegaskan, bahwa peperangan yang terjadi di Gaza adalah usaha Israel untuk menghentikan perlawann bangsa Palestina terhadap Israel, secara resmi tujuan utamanya adalah menghabisi Hamas.

"Kami berpendapat apa yg diinginkan oleh Israel gagal total, jadi mereka gagal degan misinya itu. Dan sebaliknya kami merasa dan dengan kejadian ini adalah kemenangan bagi gerakan perlawanan Hamas. Roket-roket hamas tidak pernah berhenti selama peperangan itu terjadi, sebelum peperangan dan ketika peperangan terjadi, ketika peperangan itu sdh hampir mendekati Tel Aviv," katanya dihadapan pers, di Gedung DPR/MPRRI, Jakarta, Jum'at.

Menurutnya, Hamas dengan segala kekuatannya yg dimiliki tetap berupaya untuk memperkuat pertahanan, dan sebaliknya Israel dengan apa yang diniatkan dalam peperangan itu gagal total. Hal yang membuat Hamas yakin dengan kemenangan itu, lanjut Sami, karena adanya tiga faktor, pertama tetap teguhnya masyarakat Palestina, kedua soliditas yang dimiliki oleh gerakan Hamas dengan seluruh sayap-sayap militernya, dan yang ketiga dukungan yang luar biasa dari negara Arab dan diluar Arab, termasuk Indonesia.

Karenanya dalam kesempatan itu, Sami yang juga staf khusus Perdana Menteri Ismail Haniyah itu menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh bangsa Indonesia terhadap perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Palestina melawan penjajahan Israel. Dan, Ia berharap dukungan itu tidak berhenti, akan terus menerus diberikan.

Sebab, lanjutnya, dukungan terhadap Palestina yang diberikan oleh negara-negara Arab tidak kuat, karena pada kenyataannya masih banyak pemimpin Arab yang memberikan pernyataan negatif, meski tidak dipungkiri masih ada pula pemimpin Arab yang memberikan dukungannya.

"Kami tidak memungkiri ada penguasa negara Arab yang memberikan dukungan, itu yang membuat kami lega. Tapi secara umum, memang bangsa Arab atau pemimpin negara Arab ini tidak terlalu kuat dukungannya terhadap Palestina, tetapi kami terus berusaha untuk menguatkan diri kami untuk menguatkan perlawanan ini agar tersebar semangat kemenangan ini bukan hanya di Palestina tetapi di bangsa-bangsa Arab," tandasnya. (novel)

Sumber: eramuslim.com

Jagalah Dirimu dari Fitnah Dunia

oleh Mashadi

Syaddad bin Aus meriwayatkan , bahwa Nabi Shallahu alaihi Wa salam dalam khutbahnya , “ Ketahuilah dunia adalah sesuatu yang nyata. Orang baik dan jahat, makan darinya. Ketahuilah akhirat adalah ajal yang benar.Di sana Allah Azza Wa Jalla, yang Maharaja dan Mahakuasa mengadili. Ketahuilah semua kebaikan terdapat di surga, dan ketahuilah semua kejahatan berada di neraka. Dan, hendaklah kalian takut kepada Allah Robbul Alamin. Ketahuilah amal-amal kalian akan dibeberkan dihadapan kalian”.

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya ia akan melihat (balasan)nya. Dan, barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balassan)nya pula”. (Az-Zalzalah: 7-8)

Dalam khutbah itu, Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, ingin mengingatkan umatnya, mengenai hakikat dunia, karena dunia sesuatu yang dimakan oleh orang baik dan orang jahat. Hal ini berarti dunia tidak berharga, tidak ada nilainya disisi Allah Ta’ala. Dalam sebuah hadist dinyatakan : “Seandainya dunia itu di mata Allah sebanding dengan sayap nyamuk, pasti Dia tidak memberi orang kafir setetes air pun dari dunia itu”. (HR.at-Tirmidzi).

Di kota Madinah, kota Nabi Shallahu alaihi wa salam, masih tersisa pribadi-pribadi yang suci dan bersih dri kalanggan shahabat radhiyallahu ‘anhum, Diantaranya adalah Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha ash-Shiddiq putri Abu Bakar ash-Siddiq radhiyallahu ‘anhu, seorang wanita yang suci dan bebas segala tuduhan yang buruk. Ia mengajar para hamba tentang peninggalan Rasul shallahu alaihi wa salam, dan menyebarkan ma’ruf.

Kemuliaannya menyebar diantara makhluk. Suatu hari, Munkadir bin Abdullah, paman Ummul Mu’minin Aisyah dari pihak ibu, bertamu kepadanya untuk mengadukan masalah. “Aku terkena musibah. Tolongnya”, tutur Mukandir. Ummul Mu’minin Aisyah menukas : ”Aku tidak punya apa-apa. Sekiranya aku memiliki sepuluh ribu, pasti aku berikan kepadamu”.

Mukandir pamit, dan pergi meninggalkan Aisyah radhiyallahu ‘anha. Ketika, pamannya itu pergi, datangnya tamu, Khalid bin Asad rahimullah mengirimkan uang kepada Ummul Mu’minin Aisyah sebesar sepuluh ribu dirham.

Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata : “Apa yang dikeluhkannya adalah apa yang menjadi cobaanku”. Ummul Mu’minin, lalu memanggil pamannya Mukandir, dan memberikan uang itu kepadanya. Tak lama, Mukandir langsung pergi ke pasar dan membeli seorang budak wanita, sepuluh ribu dirham. Setelah tinggal bersamanya budak itu melahirkan anak yang masing-masing di beri nama Muhammad, Abu Bakar, dan Umar.

Putra kedua pasangan itu, kemudian menjadi orang sangat alim di kota Madinah. Alangkah berkahnya anak-anak ini. Sungguh sangat berkah uang yang diberikan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha kepada Mukandir, yang melahirkan pribadi-pribadi yang sholeh.

Adapun, Muhammad Ibnu Mukandir yang menjadi paman Aisyah radhiyallahu ‘anha itu, sangat dikenal orang yang sangat gigih, seperti kegigihan orang-orang yang shaleh dan bertaqwa. Ia sangat serius dan tekun dalam melakukan berbagai ketaatan, mengendalikan hawa nafsu dan melawan setan. Hawa nafsur merupakan musuh yang amat berbahaya.

Manusia kadang-kadang tidak menyadari dirinya sudah dikendalikan dan dikuasai hawa nafsunya. Tapi, barangsiapa dapat mengalahkan hawa nafsunya, ia beruntung, mencapai derajat yang tinggi, dan mencapai martabat orang pilihan. Untuk mengalahkan hawa nafsunya, tidak cukup hanya dengan berjuang beberapa saat atau beberapa hari saja.

Renungkan apa yang dikatakan oleh Ibnu Mukandir, seperti yang dituturkannya : “ Aku berjuang dengan susah payah mengekang jiwaku, selama empat puluh tahun, sehingga menjadi istiqomah”, tukasnya . Di kehidupan zaman yang penuh godaan dan fitnah betapa beratnya melawan hafsu. Tapi, masih tetap ada orang-orang yang berhasil melawan hawa nafsunya. Maka, dekatkanlah diri kita dengan sang Khaliq, Allah Azza Wa Jalla. Wallahu ‘alam.

Sumber: eramuslim.com

Mengapa Abu Darda Menangis Sendirian?

Sholat shubuh tak sempat ia lakukan di mushola dekat rumahnya. Ketika adzan menggema, yang menandakan pangggilan waktu shalat. Laki-laki itu harus sudah bergegas dengan motornya menuju pusat kota. Pergi ketika anak-anaknya masih tidur. Terkadang tak sempat berpamitan dengan istrinya, karena istrinya masih terlelap. Ia biasanya masih menyempatkan shalat shubuh di tengah jalan. Tapi, lebih banyak meninggalkan kewajiban shalat.

Sudah beberapa tahun ia tinggal di pinggiran kota. Tak mungkin lagi hidup dan tinggal di pusat kota. Rumahnya di gusur. Kemudian, ia dan keluarga pergi meninggalkan pusat kota, dan pergi ke pinggiran, yang agak jauh dengan pusat kota. Setiap hari ia harus pergi menempuh jarak yang jauh, menuju tempat ia bekerja. Setiap hari ia harus menghabiskan waktu, tak kurang dua jam atau tiga jam, agar ia dapat mencapai pusat kota. Terkadang lebih. Jika dihitung ia harus menghabiskan waktu enam jam, hanya untuk perjalanan dari rumah ke tempat bekerja. Proses kehidupan yang berat itu, terus ia jalani, tanpa henti. Tapi, ia tak sendirian yang memiliki nasib seperti dirinya itu, dan mungkin jumlah mereka sangat banyak, tak terhitung lagi. Orang-orang pinggiran kota, realitasnya memang mereka adalah pinggiran, bukan kelompok menengah secara ekonomi.

Terkadang manusia menghabiskan waktunya hanya mengejar kebutuhan hidup. Karena, eksistensi mereka tak dapat dipisahkan dengan bekerja. Mereka tak sendirian. Mereka memiliki anak, istri dan keluarga, yang menjadi bagian hidup mereka. Betapa, kehidupan manusia yang sudah dalam sistem, yang baku, dan tak mungkin lagi dapat lepas dari sistem itu. Kehidupan mereka menjadi sebuah rutinitas, yang tak putus-putus. Inilah yang menyebabkan manusia harus berkompromi. Inilah yang menyebabkan seseorang, membiarkan dirinya tenggelam dalam kehidupan yang jauh dari Rabbnya. Inilah yang menyebabkan manusia tak lagi memikirkan antara dosa dan pahala. Mereka menjadi pragmatis. Mereka harus menyesuaikan dengan keadaan hanya sekedar mempetahankan kehidupan mereka yang sangat diperlukan.

Meskipun, tak sedikit manusia yang kelihatannya ringkih dan tak berdaya, tapi mereka memiliki tekad yang kuat, dan tak pernah menyerah dengan kehidupan,yang menistakan itu. Mereka jalani kehidupan dengan penuh semangat. Tak mau melepaskan janjinya, dan komitmennya yang teguh, dan terus menghamba kepada Rabbnya. Betapapun himpitan hidup menderanya. Ia tak mau melepaskan dirinya dari komitmennya terhadap ‘ad-dinul Islam’, yang menjadi jangkar kehidupannya. Keteguhannya mengalahkan segala penderitaan yang ia terima. Tak pernah berkeluh. Apalagi, berburuk sangka (berkhusnudzan) terhadap Allah Azza Wa Jalla. Ia dengan penuh ketulusan, dan menyakini semua perintah Rabbnya, dan yakin akan janji-Nya.

Maka, betapapun kondisi lingkungan atau bi’ahnya yang sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini, tapi ia bersikukuh dengan jaza’ yang pasti aka diterimanya, ketika saat menghadap Rabbnya, bahwa segala kebaikan pasti akan mendapat belasan. Tak pernah terbersit oleh pengaruh duniawi, yang kadang-kadang melalaikannya. Ia tak mau berbuat maksiat yang dapat merusak kehidupannya, yang sudah ia jalani, dan hampair mencapai lebih setengah abad. Jika ia menderita, penderitaan itu pasti tak akan selamanya. Penderitaan itu akan berakhir dengan kematian. Bila, dirinya menjadi shabar, tak meninggalkan perintahnya, dan tidak meninggalkan perintah-Nya, pasti ia akan mendapatkan kemuliaan di sisi Rabbnya.

Laki-laki itu selalu ingat kisah Abu Darda’ yang menangis sendirian, justru kala umat Islam dapat menaklukan Cyprus, yang menjadi pusat kerajaan Romawi. Betapa waktu itu, kekuasaan berada di tangan, dan segala harta benda, serta segala bentuk kenikmatan dunia, sudah ada di tangan kaum muslimin. Tapi, kisah tentang Abu Darda’ tak pernah ia lupakan, dan terus tersimpan dalam dirinya. Ia pateri dalam-dalam di dadanya.

Kisahnya ketika itu, Abdurrahman bin Jubair, bercerita apa yang ia dengar dari ayahnya, Tatkala Cyprus (Romawi) diktaklukkan kaum muslimin, tiba-tiba mereka banyak yang menangis. Aku melihat Abu Darda’ menangis sendirian, aku bertanya kepadanya, ‘Wahai Abud Darda’ apa yang membuat menangis di hari Allah Azza Wa Jalla memuliakan Islam dan pemeluknya?’. Ia berkata, ‘Celaka kamu wahai Jubair. Betapa hinanya makhluk disisi Allah Ta’ala, jika mereka mengabaikan perintah-Nya.Kamu tahu mereka sebelumnya adalah umat yang kuat dan pemenang, akan tetapi karena mereka meninggalkan perintah Allah, maka kamu lihat seperti apa mereka sekarang? ‘

Betapa, banyak umat yang lalai, ketika datang kenikmatan yang diberikan oleh Allah Ta’ala, mereka menjadi tidak shabar, lalai, dan meninggalkan ajaran-ajaran-Nya, serta berbuat maksiat dan durhaka. Kenikmatan, yang sangat sedikit dibandingkan dengan nikmat yang diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla, kelak di surga, sebagai balasan atas keimanannya, justru diabaikan, dan memilih kenikmatan di dunia, yang sangat hina.

Kemudian, banyak manusia yang melampaui batas, dan lebih rela mengejar dunia. Bahkan, Abud Darda’ menegaskan : “Beribadalah kalian kepada Allah, seakan kalian melihat-Nya, dan anggaplah diri kalian termasuk orang-orang yang mati”.

Dari Ummu Salamah berkata, aku mendengar Rasulullah shallahu alaihi wa salam bersabda : “Jika kemaksiatan merebak diantara umatku, maka Allah akan menimpakan azab yang akan mengenai siapa saja”. Kemudian sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah bukankah diantara mereka ada orang shaleh?”. Lalu, jawab Rasulullah shallahu alaihi wa salam : “Betul”. Selanjutnya, sahabat bertanya : “Apa yang diperbuat mereka kepada mereka?”. Beliau menjawab : “Mereka juga merasakan apa yang dirasakan orang umumnya, mereka mendapatkan pengampunan dan ridha dari Allah”. (HR.Ahmad).

Laki-laki,yang tinggal dipinggiran kota itu, terus menelusuri jalan kehidupan, yang berliku, tapi ia tetap luruskan niatnya, dan ingin mendaptkan ridha-Nya. Betapa, beratnya beban kehidupan yang harus ia hadapi. Setiap hari.

Dengan berbekal do’a, ketika pagi buta, ia meninggalkan rumahnya menuju kota, di mana ia harus bekerja. Ia jauhkan dirinya dari semua yang menjadi penghalang untuk mendapat keridhaan Rabbnya. Termasuk tidak ingin melakukan perbuatan dosa. Wallahu ‘alam.

Sumber: eramuslim.com

Kemenangan Islam di Syam, Iraq, dan Yaman

Oleh: Mashadi

Agama Islam akan di jaga oleh pemiliknya Allah Azza Wa Jalla, sampai akhir zaman. Tak perlu dikawatirkan. Sekalipun orang-orang kafir berusaha menghapus agama Allah ini. Tapi, tak pernah mereka berhasil mewujudkannya. Karena, Islam adalah agama fitrah yang sudah menjadi bagian hidup manusia. Keruntuhan manusia yang tidak menerima agama Allah ini, menggambarkan bukti dari keotentikannya. Dan, Islam terus berkembang di seluruh penjuru alam, dan manusia berbondong-bondong masuk agama Allah itu.
Ketika awal da’wah yang disampaikan oleh Rasulullah shallahu alaihi wa salam di jazirah Arab, banyak yang menolak ajakannya, dan tidak sedikit yang terang-terangan menentangnya. Bahkan, diantara mereka ada yang memerangi Rasulullah. Tapi, da’wah yang disampaikan oleh Rasulullah shallahu alaihi wa salam terus berjalan, tak pernah berhenti, karena tindakan orang-orang kafir yang menentangnya. Maka, satu demi satu wilayah yang jauh dari Madinah, kemudian menerima da’wah Rasulullah, dan mereka masuk Islam. Sampai seluruh semenanjung Arab ‘bertaslim’ masuk ke dalam agama Allah. Inilah da’wah yang dilakukan oleh Rasulullah shallahu alaihi wa salam.
Sampai suatu ketika, Al-Irbad bin Sariyah meriwayatkan dari Nabi Shallahu alaihi wa salam, bahwa beliau berkhotbah dihadapan kaum muslimin, “Wahai manusia. Tak lama lagi, kalian akan menjadi tentara di kirim ke pelbagai wilayah,yaitu tentara yang berjuang di Syam, tentara yang berjuang di Iraq, dan tentara yang berjuang di Yaman”. Kaum muslimin menyambutnya dengan penuh suka cita. Mereka akan menjadi para pembebas, yang membebaskan wilayah-wilayah yang luas, dan nantinya menjadi bagian wilayah Islam, yang sudah dibebaskan.
Mendengar khotbah Rasulullah shallahu alaihi was salam, Ibnu Hawalah berkata : “Ya Rasulullah, jika akau sampai pada masa itu, pilihkan untukku, ke kelompok tentara yang berangkat ke mana sebaiknya aku ikut?”. Selanjutnya, Nabi Shallahu alaihi wa salam, bersabda : ”Aku memilihkan Syam untukmu, karena Syam adalah pilihan kaum muslimin dan negeri pilihan Allah. Dia mengumpulkan di sana makhluk-Nya yang terpilih. JIka enggan ke sana, hendaknya pergi ke Yaman. Dan, diberi minum dengan gidirnya. Karena hal itu juga mencukupi (setara)bagiku, dari Syam dan penduduknya”. (HR.Ath-Thabrani dan al-Bazzaar). Kala itu, yang dimaksudkan oleh Baginda Rasulullah shallahu alaihi wa salam, negeri Syam, tak lain adalah wilayah Palestina, dan sekitarnya, yang sekarang termasuk Syria, Palestina, Lebanon, Yordania. Betapa, Rasulullah shallahu alaihi wa salam, menjajikan tempat yang mulia untuk berjuang membela agama-Nya, di tanah yang merupakan pilihan dalam menegakkan jihad.
Rasulullah shallahu alaihi wa salam menyinggung mengenai masa depan Islam dan kaum muslimin, yaitu Islam akan menyebar luas ke setiap penjuru bumi, bahwa ‘futuhat’ Islam akan berderap susul menyusul dan mengetuk pintu Syam, Iraq, dan Yaman. Kelak, yang diprediksikan oleh Rasulullah Shallahu alaihi wa salam itu, terbukti. Dan, wilayah-wilayah yang luas itu, mulai dari Syam (Palestina) sampai ke Iraq, dan Yaman, semuanya menerima Islam. Tidak ada lagi wilayah yang tidak tersentuh oleh Islam, dan da’wah Rasulullah shallahu alaihi wa salam.
Allah Ta’ala berfirman : “ Dan, tiadalah yang diucapkannya yaitu (al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (al-Qur’an : An-Najm :3-4).
Semua itu tidak terwujud kecuali, karena perjuangan yang sangat gigih para pejuang Islam, yang denggan ikhlas menjual diri dan harta mereka demi Allah untuk menyebarkan agama-Nya, dan meneguhkan pilar-pilarnya. Kemenangan-kemenangan Islam yang terus berlangsung di seluruh wilayah jazirah Arab, sampai ke wilayah biladul Syam, tak mungkin dapat terjadi, kecuali mereka telah menceraikan dunia sebagai pemilik tujuan yang tinggi, yaitu menjdi para mujahidin di jalan Allah, agar mereka meraih salah dari sua hal yang terbaik, yaitu kemenangan atau mati syahid. Sehingga, mereka menjadi penghuni surge. Surga dibawah naungan pedang. Mereka yang telah menceraikan kenikmatan dunia, dan berjihad di jalan Allah, membela agama-Nya, dan meninggalkan segala pengaruh dunia, yang sangat tidak berarti bagi orang-orang mukmin, yang mendambakan kemuliaan kehidupan di akhirat.
Kemenangan-kemenangan dan penaklukan diraih oleh kaum muslimin, hingga akhirnya cinta dunia menguasai hati banyak kaum muslimin. Kemudian, mereka sudah tersungkur dalam pelukan kenikmattan dunia, menjadi hina, dan tidak ditakuti lagi oleh musuh-musuh Islam, atau orang-orang kafir. Cinta dunia yang menjadi tujuah hidup mereka itu, menjadikan kaum muslimin lalai dari Allah dan jihad di jalan-Nya, dan akhirnya keadaan menjadi sangatlah menyedihkan. Seperti kondisi hari ini yang dialami kaum muslimin, yang menjadi hina dina, serta bercerai-berai dikalahkan oleh musuh-musuhnya, karena mereka telah meninggalkan jihad.
Peristiwa yang menyedihkan ini, akibat dari kebanyakan negeri Islam yang dahulu bendera Islam berkibar di sana, dan dari menara-menara masjidnya dikumandangkan adzan, sekarang ini tidak ada lagi hubungannya dengan Islam, dan kaum muslimin. Seperti negeri-negeri Islam, yang ada sekarang ini, di kawasan Timur Tengah, yang para pemimpinnya, terutama para Raja, Presiden, dan Sultan, sudah terbalut dengan kemewahan dunia, dan tidak lagi memikirkan Islam, dan jihad melawan musuh-musuh Islam, yang sekarang terang-terangan menghancurkan Islam. Semua ini tidak terjadi kecuali karena cinta dunia.
Dalam sebuah hadist yang disabdakan Rasulullah : “Bukan kemiskinan yang aku kawatirkan atas kalian. Yang aku khawatirkan adalah kalau dunia dilimpahkan kepada kalian, sebagaimana dilimpahkan kepada orang-orang yang sebelum kalian, lalau kalian bersaing memperebutkannya, sebagaimana mereka dahulu memperebutkannya, dan akhirnya dunia itu membuat kalian hancur, sebagaimana telah membuat mreka hancur”. (HR. Buchari dan Muslim).
Kaum muslimin tak pernah mendapatkan kemuliaan dan kejayaan, selama mereka mencintai dunia, dan mereka akan hina dibawah telapak kaki kenikmatan dunia. Wallahu ‘alam.
Sumber: eramuslim.com


Melawan Orang-Orang Kafir

oleh Mashadi

Perspektif orang-orang kafir dengan kekufurannya, selalu memutarbalikkan permasalahan yang ada. Mereka lebih memilih beriman kepada yang bathil, dan menolak yang haq. Mereka selalu mengikuti hawa nafsunya,dan pandangannya yang tidak berdasar. Semuanya itu, menjadi penyebab kokohnya kelaliman dalam diri mereka, dan membuat mereka semakin jauh jalan Allah yang lurus.
Firman Allah Ta’ala dalam surah al-Ankabut, ayat 67-68 : “Dan, apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka, mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percayakepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah? Dan, siapakah yang lebih lalim daripada orang-orang yang mengada-ngadakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak itu datang kepadanya ? Bukankkah dalam neraka Jahanam ituada tempat bagi orang-orang kafir”.
Ayat diatas memberikan gambaran perbedaan yang nyata kehidupan orang kafir yang melenceng jauhdari kehidupan orang beriman. Kehidupan duniawi yang seharusnya mereka jadikan sebagai kehidupan penuh ujian dan masa untuk menanam bekal demi kehidupan akhirat, malah mereka jadikansebagai tempat tinggal abadi dan tempt berpijak. Mereka memposisikan diri dalam penjara yang sempit dan menghabiskan waktu mereka yang sangat terbatas.
Mereka makan dan menikmati hidup layaknya seekor binatang dan bahkan mereka lebih rendah dari itu. Binatang masih dapat dikendalikan dengan tabiatnya, sedangkan orang kafir mereka tidak punya tabiat yang mengikat dan mengendalikan mereka dari sifat keburukan yang besar dan kerusakan yang membinasakan.
Allah Ta’ala dalam surah Muhammad, ayat 12, menggambarkan karakter orang kafir : “Dan, orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka seperti makannya binatang-binatang. Dan, neraka adalah tempat tinggal mereka”.
Di sini Allah Ta’ala telah menjelaskan perspektif orang-orang kafir melalui ayat-ayat al-Qur’an terhadap kehidupan dunia. Dengan tujuan agar orang-orang beriman tidak menyerupai orang-orang kafir, terutama dalam mensikapi perilaku orang-orang kafir yang dapat menjerumuskan orang-orang beriman hanya memuaskan hawa nafsu.
Kehancuran orang-orang beriman di manapun, karena mereka telah terjerumus oleh hawa nafsu, yang hanya mengejar kenikmatan dunia. Seperti, yang terjadi pada zaman generasi yang dahulu, jatuhnya Andalusia, dan terakhir Grenada kepada kekuasaan kafir, karena para pemimpin Islam sudah terjerumus ke dalam nafsu kenikmatan dunia. Kekuasaan Islam yang sudah menyebar sampai ke jantung Eropa itu, hancur karena para pemimpin (sultan dan raja) mereka sudah sangat berlebihan dalam hal kenikmatan dunia.
Sampai, Grenada itu dijual oleh dua orang ekskutif (pejabat) dan satu orang ulama, mereka bertiga yang sudah terselimuti oleh kenikmatan dunia, rela menjual Grenada kepada penguasa kafir. Maka, dari sini sirnalah bangunan Islam yang sudah berlangsung selama kurang lebih tujuh abad. Dan, untuk membangunnya kembali tidak mudah, entah kapan lagi akan muncul bangunan Islam di Eropa.
Allah Ta’ala memberikan gambaran terhadap orang-orang kafir sikap terhadap dunia, seperti digambarkan dalam surah al-Baqarah, ayat 212 : “ Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman, padahal orang-orang yang bertakwa lebih mulia daripada mereka di hari Kiamat. Dan, Allah member rezeki kepada orang-orang yang kehendaki-Nya tanpa batas”.
Orang-orang kafir pandangan mereka tentang dunia, di mana mereka membiarkan dirinya selalu dalam kemegahan, dan sesungguhnya mereka telah terpedaya oleh dunia. Hal itu disebabkan oleh indahnya kehidupan dunia dalam pandangan orang-orang kafir, dan merasa baik atas perbuatan buruk mereka. Dan semua itu adalah tipu daya, yang mereka tidak menyadari. Mereka selau menghiasi persepsi mereka dengan kepalsuan.
Materi merupakan keindahan duniawi kyang penuh dengan tipu daya secara lahiriah, namun secara substansinya, ia tidak memiliki sedikit nilai apapun. Menurut Ibnu Katsir, sesungguhnya Allah Ta’ala telah menginformasikan tentang materi duniawi yang sangat digandrungi oleh orang kafir. Mereka menumpuk harta, tetapi tidak membelanjakan di jalan Allah. Mereka memiliki sifat yang sangat kikir. Mereka menghina orang-orang yang beriman, yang kontradiksi dengan mereka, yakni yang menginfakkan hartanya dengan penuh ketaatan kepada Tuhannya dengan tujuan mencari ridha-Nya. Sifat-sifat yang memuja kenikmatan, mencintai dunia, takut mati adalah sifat yang dimiliki orang kafir Yahudi.
Sayyid Qutb berkata : “Sesungguhnya kecenderungan pada maateri tidak boleh dimasukkan kedalam suci kaum muslimin pad saat mereka keluar untuk berperang di jalan Allah. Karena tujuan semacam itu bukan pilar penyangga bangunan jihad. Karena itu, hendaklah orang-orang yang beriman yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Apalah artinya dunia berikut seluruh isinya?
Apa gunanya menunggu lebih lama, sehari, seminggu, sebulan, atau setahun? Kalau hanya perhiasan dunia hanya memiliki secuil keindahan? Mengapa masih menunda kesempatan untuk mendapatkan perhiasan sejati selama beberapa hari, minggu, bulan, bahkan tahun? Hakekatnya, seluruh perhiasan dunia, engkau hanyalah sedikit. Dunia itu sebuah pejalanan. Ia sebuah permulaan dan bkan tujuan utama atau akhir dari sebuah perjalanan. Tempat terakhir adalah akhirat yang akan kekal selama-lamanya.
Rasulullah Shallahu alaihi wa salam beserta keluarganya telah memilih hidup sederhana, dan tidak terbuai dengan kemilau kehidupann dunia. Beliau hidup dengan sederhana, walaupun Allah Ta’ala membukakan bumi dengan seluruh kenikmatannya kepada Beliau, yang apabila kenikmatan dipertontonkan kepada orang lain, mereka akan takjub dan mati keherenann.
Ibnu Abbas Radhiyallahu anha meriwayatkan bahwa Nabi Shallahu alaihi wa salam bersabda : “Aku melihat surga, dan kudapati ternyata sebagian besar penghuninya adalah orang-orang fakir. Kemudian, aku melihat neraka, dan kudapati neraka sebagian penghuninya wanita”. (HR. Bukhari Muslim). Sedangkan Abdullah in Amru dengan lafal : “Aku melihat neraka, dan kudapati para penghuninya adalah kebanyakan orang-orang kaya dan wanita”.
Maka, fitnah dunia yang menyebabkan orang-orang mukmin dikalah oleh orang-orang kafir, dan tidak dapat melawan orang kafir, karena orang-orang mukmin sudah jatuh kedalam pelukan harta dan kenikmatan dunia, tak akan mampu berjihad melawan orang-orang kafir
Tragedi yang terjadid di Gaza menggambarkan secara kasat mata, bagaimana orang-orang mukmin dibantai oleh Yahudi, di depan mata para pemimpin Islam, tapi tak ada yang berani membelanya, bahkan mereka berangkulan dengan orang-orang kafir, ikut menghancurkan orang-orang mukmin di Gaza, karena mereka mencintai dunia, dan takut mati. Wallahu ‘alam.

Sumber: eramuslim.com

Hubungan Mesra Saudi-AS Sedang Terancam


Mantan kepala intelejen Arab Saudi Pangeran Turki al-Faisal menyatakan bahwa hubungan baik antara AS dan Saudi yang selama ini terjalin erat, terancam renggang karena sikap AS tidak bersikap tegas terhadap sekutunya, Israel yang telah melakukan agresi dan pembantaian di Jalur Gaza.

Pangeran al-Faisal mengungkapkan hal tersebut dalam wawancara surat kabar Financial Times yang terbit di London.

Dalam wawancara itu, al-Faisal mendesak Obama untuk mengubah sikapnya yang tidak adil dalam masalah Israel-Palestina. Ia meminta Obama untuk mengutuk kekejaman Israel terhadap rakyat Palestina, mendesak Israel agar menghentikan pembangunan pemukimannya di Tepi Barat, mendesak Israel agar mencabut blokade dan mendesak Israel agar menarik pasukannya dari wilayah Sheeba, Libanon.

"Proses perdamaian, stabilitas dan hubungan AS-Saudi akan beresiko, kecuali pemerintahan AS melakukan langkah tegas terhadap Israel guna mencegah penderitaan dan pembantaian terhadap warga Palestina," kata Pangeran al-Faisal yang pernah menjadi dubes Saudi di AS dan Inggris.

"Jika AS ingin tetap ingin memegang peran kepemimpinan di Timur Tengah dan ingin menjaga strategi aliansinya-khususnya hubungan spesial antara Saudi dan AS-maka AS harus mengubah secara drastis kebijakan-kebijakannya terhadap konflik Israel-Palestina," sambung al-Faisal.

Ia juga mengatakan, Bush telah meninggalkan "warisan yang memuakkan" pada pemerintahan baru AS dan Bush telah berkontribusi atas pembantaian warga tak berdosa di Jalur Gaza.

Pangeran al-Faisal mengatakan bahwa Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad sudah menulis surat pada Raja Abdullah yang isinya mendesak Saudi untuk memimpin jihad atau perang suci terhadap Israel.

"Komunike sangat penting, karena pengakuan secara de facto atas kedudukan Saudi dari pihak yang selama ini dianggap musuh oleh Saudi menunjukkan bahwa agresi Israel ke Jalur Gaza telah menyatukan seluruh kawasan, Syiah dan Sunni," papar Al-Faisal.

Sedangkan soal jihad, Pangeran Al-Faisal mengatakan, jika jihad yang menjadi pilihan akan menimbulkan kekacauan yang lebih besar di kawasan. Namun ia mengatakan tidak bisa mencegah jika ada warga negaranya yang ingin bergabung dengan masyarakat dunia untuk melakukan revolusi terhadap Israel. (ln/aby)

Sumber: eramuslim.com

Obama Lebih Merugikan Dunia Islam

Pada dasarnya, siapa saja yang menjadi presiden, kebijakan Amerika Serikat (AS) menghadapi negara-negara Islam akan tetap sama. Hal ini karena kebijakan AS merupakan permasalahan strategi yang tidak sepenuhnya berada di tangan presiden, tapi juga melibatkan lembaga seperti Kongres AS yang didominasi Yahudi.
Bisa kita katakan, perbedaan antara Partai Republik dan Demokrat bagaikan perbedaan antara Partai Amal dan Partai Likud di Israel. Yaitu perbedaan antara al-dzi`bu wa al-tsa'lab (antara serigala dan musang), cuma beda namanya saja. Partai Republik berusaha meraih tujuan secara terang-terangan, menyatakan permusuhan dengan beberapa negara Islam, dan menggunakan kekerasan. Sedangkan Demokrat, juga menginginkan hasil seperti itu, tapi dengan cara yang lebih halus, melenakan, meneteskan racun di dalam madu.
Cara yang digunakan McCain lebih menguntungkan dunia Islam, karena aksi terang-terangan biasanya akan membangkitkan kekuatan umat Islam yang terpendam. Karena umat Islam menyadari mengalami bahaya, sehingga mampu mengantisipasi dan mengurangi kerugian. Sedangkan Demokrat akan menjalankan kebijakan yang sama, tapi secara halus, sehingga umat Islam akan terus dirugikan dan tidak mampu memiliki alasan kuat untuk menghadapi kerugian tersebut.
Di sisi lain, Obama akan tampil lebih loyal terhadap Israel. Misalnya, Obama tidak pernah menutup-nutupi dukungannya terhadap Israel. Ia berjanji akan menambah dukungan terhadap Israel sebesar 30 milyar dollar. Pada konferensi tahunan American Israel Public Affairs Committee (AIPAC), Obama berjanji akan menjadikan Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibukota Israel tanpa bisa diganggu-gugat. Obama juga mengatakan, "Israel adalah mukjizat bagi Timur Tengah." Selain itu, loyalitas Obama terhadap Israel tampak pada dukungannya terhadap penyerangan Suriah, dengan alasan bela diri Israel terhadap bahaya yang sewaktu-waktu mengancam, khususnya bahaya nuklir Suriah.
Mengenai kasus Irak, Obama akan menarik pasukan AS secara bertahap. Hal ini karena Obama sangat memahami bahwa selama ini hegemoni AS terhadap dunia semakin pudar, akibat pendudukan AS terhadap Irak yang tidak berdasarkan justifikasi kuat, di samping AS juga rugi besar di Irak. Sehingga Obama memfokuskan Afghanistan, untuk kembali berusaha meraup dukungan penuh Eropa dan dunia. Hal inilah yang tidak dilakukan oleh Bush dan Republik selama ini, karena Bush melakukan invasi di banyak wilayah, sehingga AS nyaris kehilangan dukungan Eropa dan keharmonisan dengan dunia.
Dalam menjalankan roda pemerintahan AS, rancangan kebijakan Obama tampak lebih rapi, yaitu memfokuskan Afghanistan dan Pakistan dahulu, kemudian AS berusaha mendapatkan dukungan internasional atas campur tangan di kedua negara tersebut, kemudian barulah tiba giliran Irak, Suriah, Mesir, dan negara Islam lainnya setelah itu. Rancangan inilah yang akan dijalankan oleh AS dan Zionis untuk kembali merias wajah di hadapan dunia, setelah 8 tahun carut-marut pemerintahan Bush. Hanya ini yang diinginkan AS, sedangkan Obama hanyalah korban dari strategi AS yang diarahkan Zionis. Wallâhu a'lam bi al-shawâb.

Oleh: Muhammad Yasin Jumadi, Mahasiswa Al-Azhar Mesir
Sumber: eramuslim.com

Kami Tidak Percaya Kepada Arab.. Maka Bagaimana Kami Percaya Kepada Obama?



Rakyat Gaza: Kami Tidak Percaya Kepada Arab.. Maka Bagaimana Kami Percaya Kepada Obama?

Gaza- Barangkali dunia tengah diserang demam kebahagian dan angan-angan di hadapan pelantikan Barack Obama sebagai Presiden kulit hitam pertama USA yang mengusung “Slogan Perubahan”, akan tetapi dibandingkan kepada Laila Khalil, maka sungguh hal tersebut tidak akan pernah berubah sedikitpun dari kenyataannya yang menyakitkan.

Seperti kebanyakan warga di Jalur Gaza, Laila -yang kehilangan suaminya dalam serangan (invasi) Israel di Jalur Gaza- tidak menampakkan sikap optimisme sedikit pun dengan dampak positif setelah selesai disumpahnya Barack Obama sebagai presiden Amerika Serikat

Laila Khalil (42 tahun) yang sedang berkabung atas gugurnya sang suami (semoga Allah Ta’ala menjadikannya sebagai syahid) di Gaza akibat serangan udara Israel mengatakan: "Obama tidak akan pernah mengembalikan suami saya Anwar yang gugur akibat pengeboman Israel, sementara saya memiliki enam orang anak yang harus saya nafkahi seorang diri, Obama juga tidak akan pernah mengembalikan rumah saya yang telah porak-poranda di kota Beit Lahiya di utara Jalur Gaza.”

"Tak seorang pun yang peduli dengan urusan kami .. Jika kami tidak percaya dengan para pemimpin Arab, maka bagaimana mungkin kami percaya kepada Presiden Amerika, sedangkan mereka selalu mendukung Israel,” lanjut Laila yang tidak pernah bekerja sebelumnya.

Anwar gugur dalam serangan udara Israel – pada tanggal 6 Januari 2009 dekat sekolah milik Badan Bantuan untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di kamp pengungsian Jabaliya, utara Jalur Gaza - yang menewaskan 43 warga Palestina, menurut sejumlah sumber medis

Laila kembali menegaskan: "Saya telah kehilangan suami saya dan sebagian besar rumah kami beserta jendela-jendelanya telah hancur-lebur oleh roket-roket yang mendarat di rumah-rumah sekitar kami .. sedangkan saya tidak memiliki pekerjaan dan saya tidak tahu bagaimana saya akan menafkahi anak-anak saya nanti!!(ismon/Gz)


اَللَّهُمَّ صَبِّرْهُمْ وَأَبْدِلْهُمْ خَيْرًا مِمَّا أُخِذَ مِنْهُمْ يَا غَنِيُّ يَا حَمِيْدُ

“Ya Allah, karuniailah kesabaran kepada saudara-saudara kami kaum Muslimin di Palestina dan berilah mereka pengganti yang lebih baik wahai Rabb Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Amin.”

Sumber: alsofwah.or.id

Rabu, Januari 21, 2009

Sebab kemunduran dan kekalahan kaum Muslimin

SEBAB KEMUNDURAN KAUM MUSLIMIN

MUQADDIMAH

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعاَلَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَبَعْدُ،

Segala puji hanya milik Allah I Rabb alam semesta, dan mudah-mudahan shalawat beriring salam senantiasa tercurah kepada rasulullah Muhammad r, juga kepada keluarga, para sahabat dan siapa saja yang memberikan wala` (loyalitas) kepada beliau.

Selanjutnya,

Sesungguhnya kemunduran kaum muslimin merupakan problema yang sangat sulit dan membingungkan. Dan tidak diragukan bahwa kemunduran ini diakibatkan oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar.

Karena itu, menyelidiki sebab-sebab kemunduran tersebut dan tidak melalaikannya barang sedikit pun, adalah suatu langkah pertama untuk mengetahui sebab-sebab yang mengakibatkan datangnya kenyataan memprihatinkan (kemunduran), yang sekarang kita rasakan bersama pada berbagai daerah di dunia Islam.

Catatan ini merupakan ringkasan untuk mengetahui sebab-sebab tadi. Karena jika sebab-sebab sudah diketahui, insya Allah I kita bisa mencari jalan keluarnya.

SEBAB KEMAJUAN KAUM MUSLIMIN, HANYA KEMBALI KEPADA ISLAM:

Penyebab kemajuan Islam secara garis besar hanya kembali kepada agama Islam. Seandainya bukan karena khilaf (perselisihan) yang terulang kembali, yang merayapi kaum muslimin sejak akhir khilafah Utsman dan pada akhir khilafah Ali, pastilah mereka telah menyempurnakan penaklukan dunia, dan tak ada seorang penghalang pun yang mampu menghalangi mereka.

KAUM MUSLIMIN TELAH KEHILANGAN SEBAB YANG DULU MEMBUAT JAYA SALAF (PARA PENDAHULU) MEREKA:

Seandainya Allah I menjanjikan izzah (kejayaan atau kekuatan) atas kaum beriman dengan sekedar nama tanpa adanya amal, tentu kita bisa bertanya: Dimanakah Izzah kaum beriman yang terdapat pada ayat di bawah ini?!

وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ [المنافقون/8]

“Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin.” (QS. Al-Munafiqun: 8)

Saudaraku...

Renungkanlah! Jika Allah I Memfirmankan ayat di bawah ini,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ رُسُلًا إِلَى قَوْمِهِمْ فَجَاءُوهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِينَ أَجْرَمُوا وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ [الروم/47]

“Sesungguhnya Kami telah Mengutus sebelum kamu beberapa orang Rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa.[1] Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (QS. Ar-Ruum: 47) Dengan makna: Bahwa Dia bakal menolong mereka tanpa ada keistimewaan apa pun, selain status mereka yang beragama Islam... pastilah sangat pantas bagi kita untuk mengherankan diri dari kebinasaan yang menimpa kaum muslimin ini setelah adanya janji pertolongan yang jelas di atas.

Tetapi nas-nas yang terdapat dalam Al-Quran bukan seperti ini maksudnya. Karena Allah I tidak pernah menyalahi janji-Nya, dan Al-Quran juga tak pernah berubah. Tetapi kaum musliminlah yang telah berubah. Allah I telah memperingatkan mereka akan hal ini. Dia Berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ [الرعد/11]

“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra`du: 11)

Ketika kaum muslimin telah merubah apa yang ada pada diri mereka, maka yang sangat mengejutkan adalah ketika Allah I tidak merubah apa yang ada pada mereka. Juga menjadi sangat mengherankan ketika Allah I tidak merubah kejayaan dan kemuliaan mereka itu dengan kehinaan dan kerendahan. Justru tak adanya perubahan itu merupakan perkara yang menyalahi keadilan Ilahi.

Mana mungkin anda melihat suatu umat yang ditolong Allah I tanpa amal?!

Mana mungkin kebaikan melimpah atas mereka seperti yang menimpa nenek moyang mereka, padahal mereka telah duduk terpaku dan berhenti total dari segala kemauan keras yang dulu dijalankan oleh nenek moyangnya?! Tentunya hal ini juga menyalahi hikmah ilahiyah. Karena Allah I Dialah yang Maha perkasa dan Maha Bijaksana.

Saudaraku sekalian yang dirahmati Allah…

Ketahuilah, seandainya Allah I menolong suatu makhluk tanpa ada amal sedikit pun dari makhluk tadi, pastilah Dia I telah menolong rasul-Nya “Muhammad” tanpa amal pula. Dan tentunya Dia tidak Memerintah beliau untuk keluar berperang, berjuang dan bermati-matian. Juga tidak memerintahnya untuk mengikuti undang-undang alam dalam mencapai tujuan.

Allah I Berfirman,

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ [التوبة/111]

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 111)

Sekarang, manakah kondisi kaum muslimin dari sifat yang terdapat dalam kitabullah ini?!

Dimanakah keadaan mereka dibandingkan para pendahulu mereka yang dulu saling berlomba mendapatkan kematian demi memperoleh syahadah. Bahkan salah satu penunggang kuda mereka maju menyerang sambil mengatakan, “Sesungguhnya saya benar-benar mencium bau wangi surga.”

Tetapi pada hari ini, kaum muslimin atau kebanyakan mereka telah kehilangan semangat yang dulu terdapat pada nenek moyang mereka. Justru yang memiliki semangat ini adalah para musuh Islam. Padahal kitab suci mereka tidak pernah menyuruh mereka untuk itu.

Anda mendapati para pasukan mereka berhamburan mendatangi medan kematian secara berlomba-lomba. Lihatlah! Negara Jerman kehilangan sekitar dua juta prajurit. Dan orang-orang Prancis kehilangan satu juta empat ratus ribu (1400,000) prajuritnya. Mereka juga mengeluarkan harta yang sangat banyak untuk itu, hanya Allah I yang tahu berapa jumlah harta tersebut.

Karena itu jangan heran jika Allah I memberikan nikmat, kejayaan, dan kekayaan ini kepada mereka. Sementara Dia Mengharamkan kaum muslimin dari itu semua.

Allah I telah Berfirman,

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ [الحج/40]

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Hajj: 40)

Dia juga Berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ [محمد/7]

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

Kita semua mengetahui, bahwa Allah I tidak membutuhkan pertolongan siapa pun. Tetapi “maksud menolong Allah I” pada ayat ini adalah mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Tetapi kaum Muslimin atau kebanyakan mereka, selalu menyia-nyiakan perintah yang terdapat dalam kitab sucinya. Mereka hanya berpedoman dengan kondisi mereka sebagai kaum muslimin yang ahli tauhid untuk mewujudkan datangnya pertolongan ini. Mereka menduga bahwa tauhid saja sudah cukup tanpa harus berjihad. Baik berjihad dengan jiwa maupun harta.

Di antara mereka bahkan ada yang hanya berpedoman pada doa dan mubahalah kepada Rabbul Izzah. Karena hal itu dianggapnya lebih mudah ketimbang membunuh atau mengeluarkan harta. Seandainya sekedar dengan doa bisa mencukupkan kita dari jihad, pastilah nabi r, para sahabat, dan salaf umat ini, hanya cukup dengan doa pula.

Saudaraku...

Ketahuilah! Mereka semua adalah kelompok yang doa mereka lebih dikabulkan oleh Allah I dibanding doa kita. Seandainya cita-cita bisa diraih hanya dengan doa dan dzikir, tanpa amal dan perjuangan, pastilah undang-undang alam menjadi berkurang, dan syariat menjadi batal.

Allah I juga tidak akan berfirman,

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى [النجم/39]

“Sesungguhnya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39)

Juga tidak akan Berfirman,

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ [التوبة/105]

“Katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan’.” (QS. At-Taubah: 105)

SEBAB TERBESAR MUNDURNYA
KAUM MUSLIMIN

Kebodohan dan kurangnya ilmu:

Di antara sebab terbesar bagi mundurnya kaum muslimin adalah kekurangan ilmu. Faktor ini lebih membahayakan dibanding kebodohan yang sederhana (al-jahlu al-basiith). Karena orang yang bodoh, jika Allah I mendatangkan seorang mursyid (pembina) yang pandai kepadanya, dia bakal mentaati sang mursyid tersebut dan tidak menentangnya. Sedangkan orang yang mempunyai sedikit ilmu, maka dia tidak merasakan hal itu dan tidak menerima jika dikatakan dia tidak tahu.

Rusaknya akhlaq:

Di antara sebab terbesar yang menyebabkan mundurnya kaum muslimin, adalah hilangnya akhlaq. Hal ini dengan hilangnya banyak keistimewaan yang diperintahkan oleh Al-Qur`an kepada kaum muslimin. Juga dengan hilangnya azimah-azimah (kemauan keras) yang dibebankan para salaf kepada umat ini. Padahal dengan azimah tadi mereka bisa meraih kemenangan yang telah mereka capai. Dan akhlaq dalam membentuk umat, sangat jauh lebih baik dibanding ilmu pengetahuan.

Pengecut dan kekalutan:

Di antara penyebab terbesar bagi kemerosotan kaum muslimin adalah sifat pengecut dan selalu ketakutan, padahal dahulu mereka menjadi umat yang paling berani dan tidak takut mati. Satu orang dari mereka bisa mengalahkan sepuluh orang musuh atau bahkan sampai seratus orang. Tetapi fakta sekarang membuktikan, bahwa kebanyakan kaum muslimin telah takut akan mati. Dan rasa takut seperti ini tidak akan berkumpul dengan Islam dalam satu hati.

Kaum muslimin telah melupakan firman Allah I yang berbunyi,

وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا [النساء/104]

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). jika kamu menderita kesakitan, sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya. Sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa`: 104)

Jadi, kita mestinya paling pantas untuk tidak takut mati di jalan Allah I. Sebab kita mengharap dari Allah I hal-hal yang tidak diharap dan dibayangkan oleh orang-orang kafir itu.

Putus asa dan tidak memiliki harapan:

Sekarang, telah tergabung bersama sifat pengecut dan takut mati yang telah menimpa kaum muslimin tadi... sifat putus asa dan tidak memiliki harapan kepada Allah I.

Bahkan di antara kaum muslimin sendiri, ada beberapa kelompok yang sangat meyakini bahwa kaum barat adalah yang paling tinggi dalam segalanya. Dan sesungguhnya tidak ada cara sedikit pun untuk mengalahkan mereka. Padahal ini adalah keyakinan yang diharamkan. Karena Allah I telah Berfirman bahwa Dia pasti menolong kita,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ رُسُلًا إِلَى قَوْمِهِمْ فَجَاءُوهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِينَ أَجْرَمُوا وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ [الروم/47]

“Sesungguhnya Kami telah Mengutus sebelum kamu beberapa orang Rasul kepada kaumnya. Mereka datang kepada kaum itu dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup jelas). Lalu Kami Melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa.[2] Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (QS. Ar-Ruum: 47)

Ini adalah janji dari Allah I. Bagaimana mungkin kita berputus asa dari rahmat Allah I.

Allah I pasti menolong dan memenangkan agama-Nya. Dia adalah sebaik-baik penolong. Tetapi Allah I meminta kita untuk mengerjakan beberapa sebab. Yaitu sebab-sebab yang telah dilaksanakan nabi Muhammad r dan para sahabat sebelum kita.

Dan hendaklah kita mengingat kembali firman Allah I dalam surat Ali Imran: 173 yang berbunyi,

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ [آل عمران/173]

“Yaitu orang-orang yang mentaati Allah dan rasul, yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka. Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali Imran: 173)

Juga firman-Nya pada surat yang sama,

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (139) إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ [آل عمران/139، 140]

“Janganlah kalian bersikap lemah dan jangan pula bersedih hati, karena kalian-lah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kalian orang-orang yang beriman. Jika kalian (pada perang Uhud) mendapat luka, sesungguhnya kaum (kafir) pada perang Badar juga mendapat luka yang serupa. Dan masa kejayaan serta kehancuran itu, kami pergilirkan di antara manusia agar mereka mendapat pelajaran; juga supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman dengan orang-orang kafir. Supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran: 139-140)

Cinta dunia:

Diriwayatkan dalam sunan Abi Dawud dari Tsauban secara marfu`,

((يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمُ اْلأُمَمُ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ. فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ))[3]

“Hampir seluruh umat saling memanggil (untuk menghancurkan kalian) seperti orang-orang dalam kondangan yang saling memanggil untuk memakan di suatu nampan besar. Maka seorang sahabat bertanya: Apakah jumlah kita saat itu sedikit? Rasulullah r menjawab: Tidak! Justru kalian pada hari itu sangat banyak. Tetapi kalian bagaikan buih dalam air bah. Dan Allah I pasti akan mencabut rasa takut terhadap kalian dari dada musuh-musuh kalian. Serta meletakkan penyakit wahan dalam hati kalian. Seorang sahabat bertanya: Wahai rasulullah! Apakah wahan itu? Beliau menjawab: Cinta dunia dan takut mati.”

Dalam hadits ini rasulullah r memberitahu kita bahwa akan datang pada kaum muslimin, suatu hari yang mereka menjadi sasaran empuk untuk dimakan. Seluruh tangan menyerang mereka dari berbagai sisi. Sebagaimana yang kita rasakan pada hari ini. Dan sebab terjadinya hal ini bukan karena kecilnya jumlah kita. Jumlah kita justru sangat besar. Tetapi jumlah yang besar ini tidak berguna sedikit pun bagi kita. Karena banyaknya jumlah tidak akan bermanfaat tanpa adanya kualitas yang baik. Sebagaimana kammiyah (jumlah yang besar) tidak pernah kaya dari kaifiyah (tata cara).

Kita mendapati bahwa sebab datangnya kelemahan... padahal jumlah kita sangat besar, adalah mencintai kehidupan dunia dan kenikmatannya yang hina. Serta mengutamakan dunia tersebut atas beramal demi agama Allah I. Lebih mengutamakannya atas beramal untuk meninggikan kalimatullah. Dan membenci kematian meski kematian itu di jalan kebenaran, karena saking serakahnya terhadap kehidupan dunia ini.

Kehilangan tsiqah (rasa percaya diri):

Juga di antara penyebab kemunduran kaum muslimin, adalah hilangnya rasa percaya diri terhadap diri sendiri. Penyebab ini merupakan penyakit sosial yang paling parah, juga merupakan penyakit rohani yang sangat menghancurkan. Dan tidaklah penyakit ini menimpa seseorang, kecuali ia bakal binasa karenanya.

Semua orang tahu, bahwa kekuatan maknawi (rohani) adalah kepala segala pengobatan. Dan di antara penyebab kesembuhan seseorang adalah keinginannya untuk sembuh. Maka, mana mungkin masyarakat Islam menjadi baik, jika seluruh penduduknya meyakini bahwa mereka tidak baik (pantas) untuk menjadi sesuatu pun, dan tidak mungkin ada sesuatu yang bisa diperbaiki oleh tangan mereka. Juga keyakinan buruknya, bahwa seandainya mereka berupaya segigih apa pun atau hanya duduk termenung, mereka tetap tidak akan mampu menghadapi kaum barat itu.

Sering bertikai dengan sesama:

Sesungguhnya di antara penyebab terbesar bagi kemunduran dan kegagalan kaum muslimin, adalah pertikaian yang sering terjadi di antara mereka. Sebagai ganti bertikai dengan para musuh, mereka justru sibuk bertikai dengan sesama dan melancarkan banyak tipu daya terhadap sebagian muslim yang lain.

Penyakit ini merupakan perkara terbesar yang bisa menghancurkan kekuatan, persatuan, dan sikap tolong menolong. Dan cukuplah bagi anda untuk merenungi surat Al-Anfal ayat 46 di bawah ini, agar menjadi jelas bagi anda betapa besar bahaya penyakit tersebut. Allah I Berfirman,

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ [الأنفال/46]

“Taatlah kepada Allah dan rasul-Nya. Janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan. Serta bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfaal: 46)

Intinya, pertikaian itu menimbulkan banyak kerugian yang besar seperti yang kita baca pada ayat mulia di atas. Seandainya kita menelitih secara baik dengan mata kita, ke barat atau ke timur, niscaya kita mendapati bahwa pertikaian sesama Muslim ini terjadi di mana-mana di hadapan mata kita. Laa haula walaa quwwata illaa billah.

Sesungguhnya yang wajib bagi kaum muslimin saat ini adalah kembali kepada puncak-puncak kejayaan. Serta maju ke depan seperti umat-umat lainnya yang telah maju. Yaitu dengan mengorbankan harta dan jiwa. Inilah yang diperintahkan Allah I kepada kita secara berulang-ulang dalam Al-Qur`an. Seperti dalam firman-Nya,

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ [آل عمران/142]

“Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum tampak (muncul) bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kalian dan belum tampak orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 142)

Juga firman-Nya,

لَكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَأُولَئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [التوبة/88]

“Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At-Taubah: 88)

Maka... tidak mungkin bagi kaum muslimin dan tidak mungkin pula bagi umat yang lain, untuk meraih kesuksesan dan kemajuan kecuali dengan pengorbanan, seperti yang telah dilakukan para pendahulu kita sebelumnya. Jika suatu umat sudah mempelajari ilmu ini, kemudian mengamalkannya, niscaya menjadi mudah bagi mereka untuk meraih segala ilmu dan pengetahuan. Juga menjadi mudah bagi mereka untuk memetik segala hasil dan tujuan.

Jika kaum muslimin bersungguh-sungguh dalam membangkitkan azimah (kemauan yang kuat) dan mengerjakan segala yang diperintahkan kitab suci mereka, niscaya sangat mungkin bagi mereka untuk mencapai kedudukan yang sudah dicapai oleh negeri-negeri barat dan timur, seperti ilmu pengetahuan dan kemajuan yang tinggi. Juga mampu untuk melindungi rahasia kejayaan mereka, yaitu agama Islam yang lurus.

Sebab, mereka adalah manusia dan kita juga manusia. Hanya saja kekurangan kita saat ini terletak pada amal, kesungguhan, pengorbanan dan pemberian. Dan satu-satunya yang membinasakan kita adalah kemalasan, hilangnya harapan, dan sikap pesimis.

Marilah kita bersama-sama mengibaskan debu keputus asaan ini. Marilah kita maju ke depan. Dan harus kita ketahui, sesungguhnya kita bisa mencapai segala cita-cita dan keinginan, jika kita mau beramal, tekun, terus maju, dan mewujudkan syarat-syarat iman yang terdapat dalam firman Allah I di bawah ini,

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ [العنكبوت/69]

“Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)

Sumber: materi daurah di ma`had Umar bin Al-Khattab Surabaya, diterjemahkan oleh Ustadz Wafi Marzuqi Ammar, Lc. M.Pd.I



[1] Dengan kedatangan rasul-rasul yang cukup membawa keterangan-keterangan kepada kaumnya itu, Maka sebahagian mereka mempercayainya dan sebahagian lagi mendustakannya bahkan sampai ada yang menyakitinya. Maka terhadap orang yang berdosa seperti itu Allah menyiksa mereka.

[2] Dengan kedatangan rasul-rasul yang cukup membawa keterangan-keterangan kepada kaumnya itu, Maka sebahagian mereka mempercayainya dan sebahagian lagi mendustakannya bahkan sampai ada yang menyakitinya. Maka terhadap orang yang berdosa seperti itu Allah menyiksa mereka.

[3] HR. Abu Dawud, 11/371