Sholat shubuh tak sempat ia lakukan di mushola dekat rumahnya. Ketika adzan menggema, yang menandakan pangggilan waktu shalat. Laki-laki itu harus sudah bergegas dengan motornya menuju pusat
Sudah beberapa tahun ia tinggal di pinggiran
Terkadang manusia menghabiskan waktunya hanya mengejar kebutuhan hidup. Karena, eksistensi mereka tak dapat dipisahkan dengan bekerja. Mereka tak sendirian. Mereka memiliki anak, istri dan keluarga, yang menjadi bagian hidup mereka. Betapa, kehidupan manusia yang sudah dalam sistem, yang
Meskipun, tak sedikit manusia yang kelihatannya ringkih dan tak berdaya, tapi mereka memiliki tekad yang kuat, dan tak pernah menyerah dengan kehidupan,yang menistakan itu. Mereka jalani kehidupan dengan penuh semangat. Tak mau melepaskan janjinya, dan komitmennya yang teguh, dan terus menghamba kepada Rabbnya. Betapapun himpitan hidup menderanya. Ia tak mau melepaskan dirinya dari komitmennya terhadap ‘ad-dinul Islam’, yang menjadi jangkar kehidupannya. Keteguhannya mengalahkan segala penderitaan yang ia terima. Tak pernah berkeluh. Apalagi, berburuk sangka (berkhusnudzan) terhadap Allah Azza Wa Jalla. Ia dengan penuh ketulusan, dan menyakini semua perintah Rabbnya, dan yakin akan janji-Nya.
Maka, betapapun kondisi lingkungan atau bi’ahnya yang sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini, tapi ia bersikukuh dengan jaza’ yang pasti aka diterimanya, ketika saat menghadap Rabbnya, bahwa segala kebaikan pasti akan mendapat belasan. Tak pernah terbersit oleh pengaruh duniawi, yang kadang-kadang melalaikannya. Ia tak mau berbuat maksiat yang dapat merusak kehidupannya, yang sudah ia jalani, dan hampair mencapai lebih setengah abad. Jika ia menderita, penderitaan itu pasti tak akan selamanya. Penderitaan itu akan berakhir dengan kematian. Bila, dirinya menjadi shabar, tak meninggalkan perintahnya, dan tidak meninggalkan perintah-Nya, pasti ia akan mendapatkan kemuliaan di sisi Rabbnya.
Laki-laki itu selalu ingat kisah Abu Darda’ yang menangis sendirian, justru kala umat Islam dapat menaklukan
Kisahnya ketika itu, Abdurrahman bin Jubair, bercerita apa yang ia dengar dari ayahnya, Tatkala
Betapa, banyak umat yang lalai, ketika datang kenikmatan yang diberikan oleh Allah Ta’ala, mereka menjadi tidak shabar, lalai, dan meninggalkan ajaran-ajaran-Nya, serta berbuat maksiat dan durhaka. Kenikmatan, yang sangat sedikit dibandingkan dengan nikmat yang diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla, kelak di surga, sebagai balasan atas keimanannya, justru diabaikan, dan memilih kenikmatan di dunia, yang sangat hina.
Kemudian, banyak manusia yang melampaui batas, dan lebih rela mengejar dunia. Bahkan, Abud Darda’ menegaskan : “Beribadalah kalian kepada Allah, seakan kalian melihat-Nya, dan anggaplah diri kalian termasuk orang-orang yang mati”.
Dari Ummu Salamah berkata, aku mendengar Rasulullah shallahu alaihi wa salam bersabda : “Jika kemaksiatan merebak diantara umatku, maka Allah akan menimpakan azab yang akan mengenai siapa saja”. Kemudian sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah bukankah diantara mereka ada orang shaleh?”. Lalu, jawab Rasulullah shallahu alaihi wa salam : “Betul”. Selanjutnya, sahabat bertanya : “Apa yang diperbuat mereka kepada mereka?”. Beliau menjawab : “Mereka juga merasakan apa yang dirasakan orang umumnya, mereka mendapatkan pengampunan dan ridha dari Allah”. (HR.Ahmad).
Laki-laki,yang tinggal dipinggiran
Dengan berbekal do’a, ketika pagi buta, ia meninggalkan rumahnya menuju
Sumber: eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MUDAH-MUDAHAN SEMUANYA BERMANFAAT...