Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang Allah SWT menghendaki kebaikan (Surga) baginya, niscaya ia dibuat pandai dalam ilmu agama." (HR. Al-Bukhari dari Muawiyah)

google search

Jumat, Oktober 31, 2008

NIKMAT SEHAT


Dapatkan SMS Dakwah Gratis..! Daftarkan No. Simcard HP Anda! :: Cinta Rasulullah 'alaihish sholatu wassalaam ::

Orang-orang Arab berkata, “Sehat adalah mahkota di kepala orang-orang yang sehat, ia hanya diketahui oleh orang-orang yang sakit.”

Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah dan keduanya baik, bersungguh-sungguhlah dalam perkara yang bermanfaat bagimu, mintalah bantuan kepada Allah dan jangan merasa lemah, jika kamu tertimpa sesuatu maka jangan berkata, ‘Kalau aku berbuat begini niscaya akan begini begini.’ Akan tetapi katakanlah, ‘Takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki, Dia laksanakan.’ Karena seandainya ‘membuka’ perbuatan setan.” (HR. Muslim).

Kata ‘kuat’, walaupun kekuatan fisik bukan nomor satu, akan tetapi ia tidak bisa disisihkan dari kata ‘kuat’ yang tercantum dalam hadits, dan kuat identik dengan sehat.

Dari Abu al-Fadhl Abbas bin Abdul Mutthalib berkata, aku berkata, “Ya Rasulullah, ajarkan sesuatu kepadaku, aku akan memintanya kepada Allah Ta’ala.” Nabi saw menjawab, “Mintalah afiyah kepada Allah.” Maka aku diam berhari-hari, kemudian aku datang lagi, aku berkata, “Ya Rasulullah, ajarkan sesuatu kepadaku, aku akan memintanya kepada Allah.” Nabi saw menjawab, “Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah, mintalah afiyah kepada Allah di dunia dan di Akhirat.” (HR. at-Tirmidzi, dia berkata, “Hasan shahih.” Syaikh al-Arnauth berkata, “Shahih karena ia mempunyai syahid.”).

Kata ‘afiyah’ berarti keselamatan, bisa pula berarti kesehatan, penting dan berharganya keselamatan atau kesehatan terlihat dari saran Nabi saw kepada pamannya yang terulang sampai dua kali, padahal Abbas sendiri berharap mendapatkan jawaban berbeda dari Nabi saw pada saat dia datang kepada beliau untuk kali kedua, tetapi tetap saja Nabi saw memberinya jawaban yang tidak berbeda.

Saran yang sama beliau berikan kepada Abu Bakar ash-Shiddiq sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad nomor 5, at-Tirmidzi nomor 3553 dan Ibnu Majah nomor 3849.

Kalau kita merenung, kita akan menemukan satu hakikat yang diterima oleh semua kalangan, ternyata yang membuat suatu makanan itu lezat dan suatu minuman nikmat berpulang kepada penyantapnya atau peminumnya yang sedang dalam kondisi sehat, selezat dan senikmat apa pun suatu makanan dan minuman, jika dimakan dan diminum dalam keadaan sakit, maka yang terasa adalah pahit dan getir, ternyata sehatlah yang menjadikan makanan dan minuman itu enak dan nikmat.

Penyair berkata,

Berapa banyak mulut yang pahit lagi sakit
Ia merasakan air tawar yang jernih pahit


Sohibul hikayat berkata, Hajjaj bin Yusuf, panglima dinasti Bani Umayyah sedang berada di padang pasir, makan siang tiba, dia berkata, “Carilah orang yang bersedia makan bersamaku.” Mereka mencari, mereka menemukan seorang A’rabi (arab pedalaman), dia dibawa kepada Hajjaj. “Assalamu alaikum.” Sapa A’rabi itu. Hajjaj berkata, “Mari makan hai A’rabi.” A’rabi menjawab, “Aku telah diundang oleh seseorang yang lebih mulia darimu dan aku menjawab undangannya.” Hajjaj bertanya, “Siapa?” Dia menjawab, “Allah Tuhanku mengundangku berpuasa maka aku menjawabnya.” Hajjaj berkata, “Puasa pada hari yang sangat panas begini?” Dia menjawab, “Aku berpuasa demi suatu hari yang jauh lebih panas.” Hajjaj berkata, “Berbukalah hari ini dan berpuasalah esok.” Dia berkata, “Apakah Tuan panglima berani menjamin aku hidup sampai esok?” Hajjaj menjawab, “Itu bukan wewenangku.” Dia berkata, “Kalau begitu bagaimana engkau memintaku menukar Akhirat dengan dunia dan engkau sendiri tidak memilikinya?” Hajjaj berkata, “Ini makanan enak.” Dia berkata, “Demi Allah, bukan kokimu yang membuatnya enak, bukan tukang rotimu yang membuatnya nikmat.” Hajjaj bertanya heran, “Lalu siapa?” Dia menjawab, “Sehat.” Hajjaj berkata, “Demi Allah, aku tidak melihat seperti hari ini, suruh dia pergi dariku.”

Ternyata pada diri kita, orang-orang yang sehat, terdapat suatu nikmat yang tiada ternilai harganya. Benar, sehat itu mahal, ia adalah modal utama kita, kalau kita sakit berapa pun akan kita bayar asalkan kita bisa mengganti sakit itu dengan sehat.

Seorang laki-laki miskin datang kepada seorang bijak yang biasa memberi motivasi, si miskin mengadukan kemiskinannya kepadanya, laki-laki bijak itu bertanya kepada si miskin, “Apakah kamu bersedia menjadi buta dan kamu mendapatkan sepuluh ribu dirham?” Si miskin menjawab, “Tidak.” Dia bertanya, “Apakah kamu bersedia menjadi bisu dan kamu mendapatkan sepuluh ribu dirham?” Si miskin menjawab, “Tidak.” Dia bertanya, “Apakah kamu bersedia menjadi gila dan kamu mendapatkan sepuluh ribu dirham?” Si miskin menjawab, “Tidak.” Dia bertanya, “Apakah kamu bersedia menjadi buntung kedua tangan dan kaki dan kamu mendapatkan dua puluh ribu?” Si miskin menjawab, “Tidak.” Laki-laki bijak itu berkata kepadanya, “Apakah kamu tidak malu mengadu kepada Allah sementara kamu mempunyai lima puluh ribu dirham?”

Itulah nikmat sehat, nikmatilah kesehatan Anda dan jagalah, tetapi ingat jangan sampai Anda termasuk orang-orang di mana Rasulullah saw menggolongkan mereka ke dalam barisan orang-orang yang tertipu olehnya.


عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ : الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ .

Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw bersabda, “Ada dua nikmat, banyak orang yang tertipu pada keduanya; sehat dan waktu luang.” (HR. al-Bukhari).

sumber: www.alsofwah.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUDAH-MUDAHAN SEMUANYA BERMANFAAT...